Polisi atau masyarakat yang salah???

Kemarin ke Medan. Nunggu bus, lamaaaanyaaa...eh busnya udah datang malah penuh terpaksa berdiri deh... Sambil menunggu sekian lama itu aku memperhatikan kendaraan berlalu lalang, polisi lalu lintas di pinggir jalan. Hmm... memang bukan rahasia umum jika polisi (masih) ada aja yang menerima sogok. Cukup lama aku memperhatikan kejadian itu dan cukup lama sepertinya kejadian itu kuperhatikan. Lantas muncul pikiran yang selalu membuat orang mengatakan aku suka berpikiran terbalik. Hehehe... yang penting orangnya gak kebalik aja.
Dalam pikiran yang terbalik itu kira2 seperti judul diatas. Apakah bukan kita (masyarakat) yang salah? Coba kita perhatikan:

1. Kita diwajibkan menggunakan helm jika mengendarai sepeda motor. Pada umumnya pengendara sepeda motor akan mengabaikan hal tersebut kecuali jika ada polisi lalu lintas. Ini berarti kita menganggap bahwa hel tersebut adalah benda yang menghindarkan kita dari tilang padahal helm tersebut melindungi kita dari benturan di kepala jika kita terjatuh atau mengalami kecelakaan. Kenapa kepala yang dilindungi bukan lutut atau tangan? Loe pikir aja sendiri...
2. Kita diwajibkan menggunakan sabuk pengaman jika mengendarai mobil. Pada umumnya pengendara mobil ogah pake sabuk pengaman kecuali (lagi) jika ada polisi lalu lintas. Sama aja seperti no. 1
3. Jika ada polisi lalu lintas yang tidak mau menerima uang sogok maka (pada umumnya) kita akan mengatakan " Wah... payah tuh orang, gak mau bantu orang lain...". Kita memaksa mereka untuk melakukan hal itu (menerima sogok) dengan cara justru merendahkan mereka jika mereka tidak mau menerima sogok atau apapun itu namanya.

So.... Let's think. Beranikah kita mengatakan "Silahkan pak, tilang saya. Saya memang salah, saya khilaf, saya wajar ditilang supaya saya ingat dan tidak akan mengulanginya lagi". Atau "Oke, saya mau berkendaraan, apa yang harus saya siapkan? SIM, STNK, helm, kelengkapan kendaraan? Lengkap, hehehe... aman, gak akan ditilang".
Let's make Indonesia better than before!!!